ETOS BELAJAR PELAJAR PANCASILA

 Setiap anak dilahirkan di dunia mempunyai kemampuan dan bakat khusus. Kekhususan itu kadang tidak ditemukan oleh orang dewasa sehingga anak diperlakukan menyimpang dari karakteristiknya. Anak sesungguhnya berada dalam proses belajar. Hal baru selalu ingin dicobanya. ‘Trial and error’ dalam perilaku merupakan proses belajar alamiah. Pendampingan dari orang dewasa sangat diperlukan untuk tumbuh kembang anak. Dalam tahap ini diperlukan umpan balik berupa penguatan dan koreksi. Perilaku ‘error’ perlu dikoreksi agar tidak dianggap benar. Perilaku yang sudah benar perlu diberikan penguatan supaya semakin tertanam dalam kepribadian anak.

Perlakuan yang menyimpang dari ciri khusus itu akan berakibat pada perubahan tingkah laku yang tidak sesuai dengan harapan orang dewasa. Anak dikatakan nakal, kurang mandiri, kurang sopan dan berbuat menyimpang.

Keadaan ini banyak ditemukan di masyarakat. Banyak anak tumbuh dan berkembang tanpa pendampingan dari kedua orang tua. Anak dibiarkan sendiri menerjemahkan fenomena sosial dan lingkungan sekitar. Pendidikan formal diperlukan semata-mata untuk memperoleh sertifikat kelulusan. Dengan kondisi anak seperti itu wajar jika dikatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki kompetensi literasi membaca di bawah minimum. Demikian pula keterampilan matematika yakni 71% siswa berada di bawah kompetensi minimum dan 60% siswa di bawah kompetensi minimum untuk keterampilan sains

Profil pelajar Pancasila digulirkan sebagai salah satu program peningkatan kwalitas pendidikan. Karakteristik pelajar Pancasila yang ingin dicapai oleh siswa yaitu: 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. 2. Berkebhinekaan global 3. Mandiri 4. Bernalar kritis 5. Kreatif 6. Gotong royong. Program ini dapat diwujudkan tentu melibatkan peran semua pihak terutama orang tua/dewasa, tokoh politik, pimpinan lembaga, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan lingkungan pergaulan. Keteladanan dari orang dewasa dibutuhkan dalam proses belajar anak seperti pepatah ‘satu taladan lebih baik dari seribu nasihat’. Perilaku orang dewasa diharapkan dapat memberi contoh yang baik bagi anak. Anak belajar dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan dari lingkungannya. Dengan demikian pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab satu institusi formal melainkan juga tanggungjawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pencegahan dan penanganan perilaku ‘menyimpang’ pada anak tidak saja dibebankan kepada sekolah melainkan juga kepada keluarga, dan masyarakat yang didukung dengan sarana dan regulasi dari pemerintah.

Berdasarkan karakteristik pelajar Pancasila yang ingin dicapai, etos belajar pelajar Pancasila dapat ditempuh melalui 3 hal; a) Iman dan taqwa dilatih dengan pendidikan agama sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan agama diberikan mencakup perilaku manusia dalam melakukan ibadah secara vertikal maupun horizontal. Profil pelajar Pancasila akan dimiliki secara otomatis oleh manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa secara benar. b) Mandiri, bernalar kritis, dan kreatif dilatih dengan peningkatan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan otak kiri dan otak kanan serta fisik dan psikis. Namun hal ini dapat dicapai tidak semudah membalik telapak tangan. Latihan terus menerus dan pendampingan orang yang kompeten senantiasa diperlukan agar tercapai tahap perkembangan yang diinginkan c) Kecakapan sosial dapat dilatih melalui interaksi atau hubungan dengan keluarga, tetangga, warga sekolah, dan group/komunitas di masyarakat. Berkebhinekaan global dan gotong royong merupakan implementasi dari kecakapan sosial.

Dengan kata lain etos belajar pelajar Pancasila perlu didukung oleh sarana prasarana, serta keteladanan dari keluarga, tokoh-tokoh politik, masyarakat, tokoh agama, serta peran dari lingkungan pergaulan dan sosial lainnya. Etos belajar pelajar pancasila tidak hanya dibebankan kepada anak/pelajar, melainkan kepada semua pihak melalui revolusi mental seluruh bangsa Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini